Selasa, 25 Februari 2014

MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH



MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH
Warna-warna gerejawi telah lama digunakan dalam ruang ibadah, terutama untuk taplak meja altar, kain di mimbar (antependium), kain panjang di kayu salib (stolla besar) dan stolla yang dikenakan Pelayanan Gerejawi. Gereja memakai kain dalam warna-warna yang bergantian sesuai dengan mengikuti kalender gerejawi. Tetapi, apakah makna dari setiap warna yang dipergunakan dalam setiap ibadah Minggu dan Perayaan Besar lainnya?

Putih

Adalah lambang dari warna terang, cahaya lilin, warna bagi peran malaikat Allah, para kudus dan warna bagi Kristus yang dimuliakan. Warna yang melambangkan kekudusan dan kebersihan. Oleh sebab itu warna ini digunakan dalam masa raya yang berkenaan dengan Kristus, misalnya Natal, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus, dan masa raya kesukaan misalnya dalam pelayanan Baptisan dan Perjamuan Kudus. Digunakan juga dari masa Natal sampai Minggu sebelum Epifania (6 Januari) dan hari raya Paskah hingga sebelum minggu Pentakosta.

Ungu

Adalah warna tergelap dalam warna gerejawi yang menunjukan penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Digunakan pada masa 40 hari sebelum Paskah (Minggu sengsara) dan masa-masa menjelang Natal (Minggu Adventus).

Merah

Adalah warna api. Lambang Roh Kudus yang penuh kekuatan. Maka digunakan pada Perayaan Pentakosta. Warna merah juga melambangkan warna darah, kesetiaan sampai mati, iman yang berapi-api sehingga digunakan dalam peringatan Reformasi, penahbisan rumah ibadah, sidhi, peneguhan Pendeta, Diaken dan Penatua. Juga pada peringatan hari Pekabaran Injil, pengutusan penginjil dan hari-hari raya oikumenis.

Hijau

Adalah warna komplemen dari merah. Melambangkan penyembuhan, ketenangan dan pertumbuhan iman. Merupakan warna pengharapan. Hijau memberitakan kemurahan hati, keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan memperbaharui. Digunakan pada hari Minggu Trinitas (Minggu pertama sesudah Pentakosta, kecuali masa sengsara, adventus, dan hari raya Kristen lainnya.

Hitam

Adalah warna liturgis yang paling kuno. Lambang keputusasaan. Warna ini sudah tidak dipakai lagi. Perlu juga dipertanyakan tentang warna liturgis yang dikenakan Pendeta yaitu Toga hitam. Pemberitaan firman adalah pemberitaan Kristus yang telah menang, sudah selayaknya mereka dibebaskan dari warna kedukaan. Bahkan dalam pelayanan duka (misalnya pelayanan pemakaman jenazah) sekalipun, sebenarnya warna violet lebih baik daripada hitam, karena kita sudah diperbolehkan hidup dalam kemenangan Kristus. 

edited by: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th   from: pargodungan.org

Tidak ada komentar: