MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH
Warna-warna
gerejawi telah lama digunakan dalam ruang ibadah, terutama untuk taplak meja
altar, kain di mimbar (antependium), kain panjang di kayu salib (stolla besar)
dan stolla yang dikenakan Pelayanan Gerejawi. Gereja memakai kain dalam
warna-warna yang bergantian sesuai dengan mengikuti kalender gerejawi. Tetapi,
apakah makna dari setiap warna yang dipergunakan dalam setiap ibadah Minggu dan
Perayaan Besar lainnya?
Putih
Adalah lambang dari warna terang,
cahaya lilin, warna bagi peran malaikat Allah, para kudus dan warna bagi
Kristus yang dimuliakan. Warna yang melambangkan kekudusan dan kebersihan. Oleh
sebab itu warna ini digunakan dalam masa raya yang berkenaan dengan Kristus,
misalnya Natal, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus, dan masa raya kesukaan misalnya
dalam pelayanan Baptisan dan Perjamuan Kudus. Digunakan juga dari masa Natal
sampai Minggu sebelum Epifania (6 Januari) dan hari raya Paskah hingga sebelum
minggu Pentakosta.
Ungu
Adalah warna tergelap dalam warna gerejawi yang menunjukan
penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Digunakan pada masa 40 hari
sebelum Paskah (Minggu sengsara) dan masa-masa menjelang Natal (Minggu Adventus).
Merah
Adalah warna api. Lambang Roh Kudus yang penuh kekuatan. Maka
digunakan pada Perayaan Pentakosta. Warna merah juga melambangkan warna darah,
kesetiaan sampai mati, iman yang berapi-api sehingga digunakan dalam peringatan
Reformasi, penahbisan rumah ibadah, sidhi, peneguhan Pendeta, Diaken dan
Penatua. Juga pada peringatan hari Pekabaran Injil, pengutusan penginjil dan
hari-hari raya oikumenis.
Hijau
Adalah warna komplemen dari merah. Melambangkan penyembuhan,
ketenangan dan pertumbuhan iman. Merupakan warna pengharapan. Hijau
memberitakan kemurahan hati, keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan
memperbaharui. Digunakan pada hari Minggu Trinitas (Minggu pertama sesudah
Pentakosta, kecuali masa sengsara, adventus, dan hari raya Kristen lainnya.
Hitam
Adalah
warna liturgis yang paling kuno. Lambang keputusasaan. Warna ini sudah tidak
dipakai lagi. Perlu juga dipertanyakan tentang warna liturgis yang dikenakan
Pendeta yaitu Toga hitam. Pemberitaan firman adalah pemberitaan Kristus yang
telah menang, sudah selayaknya mereka dibebaskan dari warna kedukaan. Bahkan
dalam pelayanan duka (misalnya pelayanan pemakaman jenazah) sekalipun,
sebenarnya warna violet lebih baik daripada hitam, karena kita sudah
diperbolehkan hidup dalam kemenangan Kristus.
edited by: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th from: pargodungan.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar