Kamis, 27 Februari 2014

TUHAN ITU BAIK KEPADA SEMUA ORANG (Mazmur 145: 9a)

"Eme sitamba tua parlinggoman ni siborok, Debata do bona ni tua, horas hita huhut diparorot". Ungkapan tersebut adalah peribahasa Batak yang telah lazim diperdengarkan dan didengar oleh banyak orang di dalam kehidupan yang memiliki makna bahwa Allah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan, kemurahan hati, serta penuh berkat. Peribahasa itu juga memberi pemahaman dan pengertian bahwa sukacita, keselamatan, dan perlindungan adalah hanya berasal dan bersumber dari Allah. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang hendak diprakarsai dan dilakukan, hendaklah bermuara dan bersumber dari sukacita, keselamatan dan perlindungan Allah. Allah adalah Tuhan yang maha baik, rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan (lih. Yer. 29:11). 
Allah adalah Tuhan yang maha baik. Dia telah menciptakan segala sesuatunya sungguh teramat baik. Kebaikan Allah senantiasa dapat dirasakan oleh setiap umat manusia ketika hidup masih dapat menikmati kehidupan yang dari pada Tuhan Allah. Allah telah menjadikan ciptaanNya sungguh teramat baik sehingga seluruh umat manusia dapat menikmatinya. Kebaikan Allah bukan hanya terlihat dari segala apa yang telah diciptakanNya, namun lebih dari pada itu Allah telah menyatakan kebaikanNya melalui dan di dalam Yesus Kristus, PutraNya yang tunggal, yang telah mengorbankan diriNya hanya untuk mensucikan umat manusia dari belenggu dosa sehingga umat manusia memperoleh keselamatan hidup dan menjadi layak kembali berdiri di hadapan Allah.  
Perenungan:  
"Allah adalah baik kepada umat manusia, sudahkan umat manusia baik kepada Allah?" 
Kebaikan yang telah diberikan oleh Allah di dalam hidup, tidaklah dapat diukur atau dibalas dengan apa yang ada pada diri setiap umat manusia. Hal itu disebabkan oleh karena segala apa yang ada dan diterima oleh umat manusia adalah milik dan kepunyaan Allah. Hidup di dalam pengenalan diri (mengerti serta mengakui kesiapaan diri) dan penuh kerendahan hati, itulah yang Tuhan Allah inginkan dari pribadi setiap umat manusia. Bersinar di dalam kehidupan mewartakan kasih dan kebaikan Allah, itulah yang Dia inginkan untuk dapat dilakukan oleh setiap umat manusia.
Bagaimana cara mewartakannya?  
Pemazmur berkata: Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mazmur 106: 1). Memuji Allah dan berterima kasih di dalam penyembahan dan persembahan, itulah yang harus kita perbuat. Allah juga menginginkan agar hidup dan kehidupan kita senantiasa mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budi, sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (lih. Roma 1-2). 
Maka dengan semuanya itu, hanya oleh karena Kasih Karunia Allah, maka hidup dan kehidupan kita akan semakin diberkati dan terberkati. Amin.

  Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th

Rabu, 26 Februari 2014

MENJADI BEJANA YANG SELALU SIAP UNTUK DIBENTUK

Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana. Sambil berjalan sang Tuan melihat dan menilai bejana-bejana tersebut. Bejana Emas berkata: "Pilihlah aku," teriak bejana emas,"Aku mengkilap dan bercahaya. Aku sangat berharga dan aku melakukan segala sesuatu dengan benar. Keindahanku akan mengalahkan yang lain. Dan untuk orang seperti Tuanku, emas adalah yang terbaik!" Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping dan tinggi. Bejana Perak, Ramping dan Tinggi berkata: "Aku akan melayani engkau Tuanku, aku akan menuangkan anggurmu dan aku akan berada di mejamu di setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan perakku akan selalu memujimu." Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan sebuah bejana kaca.’ Bejana ini lebar mulutnya dan dipoles seperti kaca. "Bejana Kaca berkata; "Sini! Sini!" teriak bejana itu, "aku tahu aku akan terpilih. Taruhlah aku dimejamu, maka semua orang akan memandangku." Namun tuan itu hanya melewatinya dan melihat bejana kristal. Bejana Kristal berkata: "Lihatlah aku!", panggil bejana kristal yang sangat jernih. Aku sangat transparan, menunjukkan betapa baiknya aku. Meskipun aku mudah pecah, aku akan melayani engkau dengan kebanggaanku. Dan aku yakin, aku akan bahagia dan senang tinggal dalam rumahmu." Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan terukir indah, berdiri dengan teguh. Bejana Kayu berkata: "Engkau dapat memakai aku, tuanku, kata bejana kayu. Tapi aku lebih senang bila engkau memakaiku untuk buah-buahan, bukan untuk roti." Kemudian tuan itu melihat ke bawah dan melihat bejana tanah liat. Kosong dan hancur, terbaring begitu saja. Tidak ada harapan untuk terpilih sebagai bejana tuan itu. Bejana Tanah Liat hanya diam. Tuan berkata: Ah! Inilah bejana yang aku cari-cari. Aku akan perbaiki dan kupakai, dan akan aku buat sebagai milikku seutuhnya. Aku tidak membutuhkan bejana yang mempunyai kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di rak. Tidak juga yang mempunyai mulut lebar dan dalam. Tidak juga yang memamerkan isinya dengan sombong.Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar.Tetapi yang kucari adalah bejana yang sederhana yang akan kupenuhi dengan kuasa dan kehendakku. Kemudian ia mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki dan membersihkannya dan memenuhinya, ia berbicara dengan lembut kepadanya, "Ada tugas yang perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain, seperti apa yang telah kuperbuat bagimu." 
Demikianlah hidup dan kehidupan dari setiap pribadi, Tuhan berkenan kepada pribadi yang mau dibentuk seturut kehendakNya. Tuhan senantiasa mencari orang-orang yang rendah hati dan mau berjalan menurut kehendakNya, sekalipun harus melalui hal-hal menyakitkan.  
"No body perfect in the life, but every body must to be perfect". Tak ada seorang pun yang sempurna di dalam hidup, seorang pun tidak. Ketidaksempurnaan, bukanlah menjadi penghalang di hadapan Tuhan untuk menjadi "bejana-bejana" Nya. Kerendahan diri dengan penuh rendah hati, itulah yang Tuhan kehendaki dari kita setiap pribadi. Ketika kita bersedia untuk dibentuk serta dipimpin oleh Tuhan melalui RohNya yang Kudus, maka ketidaksempurnaan kita oleh karena kasihNya akan disempurnakan. 
Selamat menjalani kehidupan sebagai pribadi 'bejana' yang mau dibentuk, maka oleh kasih dan kemurahan hati Tuhan, hidup serta kehidupan kita akan semakin diberkati dan terberkati. Salam.
disadur dari "Ilustrasi Khotbah dan Kesaksian Hidup Berkemenangan"
edited by: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th

Selasa, 25 Februari 2014

MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH



MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH
Warna-warna gerejawi telah lama digunakan dalam ruang ibadah, terutama untuk taplak meja altar, kain di mimbar (antependium), kain panjang di kayu salib (stolla besar) dan stolla yang dikenakan Pelayanan Gerejawi. Gereja memakai kain dalam warna-warna yang bergantian sesuai dengan mengikuti kalender gerejawi. Tetapi, apakah makna dari setiap warna yang dipergunakan dalam setiap ibadah Minggu dan Perayaan Besar lainnya?

Putih

Adalah lambang dari warna terang, cahaya lilin, warna bagi peran malaikat Allah, para kudus dan warna bagi Kristus yang dimuliakan. Warna yang melambangkan kekudusan dan kebersihan. Oleh sebab itu warna ini digunakan dalam masa raya yang berkenaan dengan Kristus, misalnya Natal, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus, dan masa raya kesukaan misalnya dalam pelayanan Baptisan dan Perjamuan Kudus. Digunakan juga dari masa Natal sampai Minggu sebelum Epifania (6 Januari) dan hari raya Paskah hingga sebelum minggu Pentakosta.

Ungu

Adalah warna tergelap dalam warna gerejawi yang menunjukan penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Digunakan pada masa 40 hari sebelum Paskah (Minggu sengsara) dan masa-masa menjelang Natal (Minggu Adventus).

Merah

Adalah warna api. Lambang Roh Kudus yang penuh kekuatan. Maka digunakan pada Perayaan Pentakosta. Warna merah juga melambangkan warna darah, kesetiaan sampai mati, iman yang berapi-api sehingga digunakan dalam peringatan Reformasi, penahbisan rumah ibadah, sidhi, peneguhan Pendeta, Diaken dan Penatua. Juga pada peringatan hari Pekabaran Injil, pengutusan penginjil dan hari-hari raya oikumenis.

Hijau

Adalah warna komplemen dari merah. Melambangkan penyembuhan, ketenangan dan pertumbuhan iman. Merupakan warna pengharapan. Hijau memberitakan kemurahan hati, keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan memperbaharui. Digunakan pada hari Minggu Trinitas (Minggu pertama sesudah Pentakosta, kecuali masa sengsara, adventus, dan hari raya Kristen lainnya.

Hitam

Adalah warna liturgis yang paling kuno. Lambang keputusasaan. Warna ini sudah tidak dipakai lagi. Perlu juga dipertanyakan tentang warna liturgis yang dikenakan Pendeta yaitu Toga hitam. Pemberitaan firman adalah pemberitaan Kristus yang telah menang, sudah selayaknya mereka dibebaskan dari warna kedukaan. Bahkan dalam pelayanan duka (misalnya pelayanan pemakaman jenazah) sekalipun, sebenarnya warna violet lebih baik daripada hitam, karena kita sudah diperbolehkan hidup dalam kemenangan Kristus. 

edited by: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th   from: pargodungan.org

Jumat, 07 Februari 2014

MATERI SERMON EVANGELIUM



SERMON EVANGELIUM TU MINGGU ESTOMIHI
 (02 Maret 2014)

======================================================


Nas:   MATEUS 17: 1-9
I. Patujolo
Mamungka sian barita hatutubu ni Jesus, nunga dipapatar Debata taringot tu hadebataon (sifat keilahian) ni Jesus. Dipardalanan panghobasion (masa pelayanan) ni Jesus uju di portibi on, marragam do dalan dibahen Jesus laho pataridahon huhut papatarhon hadebataonNa tu jolma manisia, ima marhite ragam ni tanda halongangan.  
Marhite turpuk (Mateus 17: 1-9) on, dipataridahon Jesus do hadebataonNa tu angka siseanNa (Petrus, Jakobus, dohot Johanes) marhite peristiwa (kejadian) “na marsangap Jesus di atas ni dolok” asa marhite na masa i lam patar jala lam bagas partinandaan ni angka sisean tu Tuhan Jesus, Debata naung gabe jolma (pat. Joh. 1:1+14).   
        

I    II.   Hatorangan ni Turpuk
Jesus marsangap di atas ni dolok (ay.1-2). Tuhan Jesus, ima Debata na marnida roha nang pingkiran ni ganup jolma. Partinandaan ni angka sisean raphon Jesus, dipingkiri angka sisean i do, na dos do Jesus maradophon angka guru (rabbi) na asing. Alani i ma, asa unang ganggu roha ni angka sisean, jala asa unang sala pamingkirion nasida, ditogihon Jesus ma sisean i nangkok tu atas ni dolok tu na suhi. Ndang pola sude sisean ditogihon Jesus, alai marhite na tolu sisean i, ima na patorangkon tu angka sisean na asing.  
Di atas dolok, muba ma rupa ni Jesus, marsinondang ma bohiNa songon mata ni ari jala mamontar ulosNa songon na tiur. Marnida na masa i, tahutan ma sisean na tolu i, gabe manungkap ala ndang tolapsa nasida marnida hamuliaon ni Debata na songgop tu diri ni Jesus. Diparsaoran nasida raphon Jesus, songon jolma na somal do pardompahan ni Jesus diida nasida. Alai uju di atas ni dolok i, dipapatar Jesus do hadebataonNa tu nasida asa lam mananda nasida, ia Jesus ndada dos tu jolma manisia, alai Debata situtu do Ibana. Andorang so masa na atas dolok i, nunga dihatindangkon si Petrus ia Jesus ndada jolma na somal jala ndada holan rabbi sambing, alai Debata sandiri do Ibana ima marhite pangokuhon nang panghatindanghonon ni si Petrus marhite na mandok:“Kristus (Messias), Raja na pinarbagabaga i do Ho, Anak ni Debata na mangolu!” (Mat. 16:16). Alani i do ingkon pataridahonon ni Jesus hadebataonNa, asa tangkas tarida hasintongan na nidok ni si Petrus i.
Gogo nang huaso hadebataon ni Jesus dipataridahon Ibana do marhite na patuduhon si Musa dohot si Elia (jolma naung mate) na manghatahatai raphon Jesus (ay. 3). Taringot tu aha do nanihatahan ni Jesus raphon si Musa dohot si Elia? Ima taringot tu ujung ni langkani (panghobasion) ni Jesus na ingkon pasidungonNa di Jerusalem (pat. Lukas 9: 31).  Tung so tarbahen jolma do patupahon si songon i asing ni holan Debata, ai Ibana do Tuhan ni angka jolma na mangolu dohot na mate. Guru di Debata do nang angka na mate jala molo lomo rohaNa manjou, tarpatupa Ibana do. Debata haheheon dohot hangoluan, na mangolu do angka na porsea, nang pe naung mate ibana, jala na so tupa mate angka na porsea i salelenglelengna (pat. Joh. 11: 25-26). Boasa si Musa dohot si Elia dipatuduhon Jesus tu angka sisean? Ala si Musa dohot si Elia, ido tokoh na terkenal di halak Jahudi na patuduhon identitas parbangsoon dohot parugamoon ni halak Jahudi. Elia ima panurirang na umbalga panurirangonna sian panurirang na asing, jala marhite si Musa dipasahat Debata patikNa tu bangso Israel. Uju diida si Petrus manghatahatai Jesus raphon si Musa dohot si Elia, disonggopi pingkiran pardagingon ma si Petrus marhite na mandok: “Tuhan, sonang na i di son! Molo na une di roham, hupauli ma di son tolu inganan, sada di Ho, sada di si Musa, sada di si Elia.” (ay. 4).  
Pamangkulingion ni si Petrus tu Jesus, ala manghilala do ibana sian pardagingonna asa adong undungundung nasida. Umbege pandohan ni si Petrus i, ndang pola dialusi Jesus pangidoan i, alai alusna ro ma soara ni Debata marhite ombun na mandok: “On do Anak haholonganKu, lomo do rohangKu mida Ibana, tangihon hamu ma Ibana!”(ay.5). Soara ni Debata i naeng patuduhon jala patubegehon, asa ndang be undungundung na di haringkothon Debata sian ngolu ni jolma na porsea, ndada pingkiran ni jolma (termasuk pangidoan ni si Petrus) na ringkot di Debata, alai pingkiran dohot sangkap ni Debata do na ingkon tangihonon, ulahonon, jala dihangoluhon ganup jolma na porsea. Ido umbahen na didok Debata: “tangihon hamu ma Ibana”, na marlapatan do i, asa ganup jolma na porsea mangaradoti jala mangulahon pangajarion nang pandohan ni Debata marhite naung patandahon diri di bagasan Jesus Kristus.

  
III.    Sipahusorhusoron
 
1.    Patuduhonma hamuliaon ni Debata dibagasan sandok ngolum!
Hapapatar ni Debata di bagasan Tuhan Jesus Kristus, ido barita na umuli na laho baritahonon ni turpuk on tu hita jolma na porsea. Hadebataon ni Jesus ido na ingkon jumolo sihaporseaonta. Tuhan Jesus, ima Anak ni Debata naung gabe jolma. Debata sandiri do naung manghatahon i (pat. Mat. 17:5 ; Mat. 3:17 ; Mark. 1:11 ; Luk. 3:22). Songon Tuhanta Jesus, Anak ni Debata nasasada i, na patuduhon hamuliaon ni Debata tu angka siseanNa nang tu angka sude jolma marhite panghobasionNa, asa naeng ma songon i tongtong ngolu ni hita ganup jolma na porsea naung dipillit gabe anak ni Debata (Joh. 1:12 ; Gal. 3:26 ; ), girgir ma hita patuduhon jala pataridahon hamuliaon ni Debata dibagasan ngolunta, marhite na mangharingkothon jala manghangoluhon ngolu partondion  (pat. Rom. 8: 14).
2.    Tinggil manangihon panjouon ni Debata jala ndang tagamon tahutan mangulahon panuruon ni Debata !
Tuhan Jesus ido Tuhanta na satia mangulahon panuruon ni Debata. Hasatiaon ni Tuhan Jesus tu Debata, tarida do i di ulaon panghobasionNa ima mamaritahon Barita Na Uli asa tung torop jolma na porsea jala dapotan haluaon nang hangoluan. Songon Tuhan Jesus na tongtong satia tu Debata, asa naeng ma songon i ngolu ni hita ganup jolma na porsea, tongtong satia tu Debata. Hataridaan ni hasatiaon tu Debata ima ngolu na tongtong tinggil manangihon panjouon ni Debata jala na so tagamon tahutan laho mangulahonsa. Manangihon panjouon ni Debata, na marlapatan do i mangoloi lomo ni rohaNa ndada mangoloi lomo ni rohanta. Di masa partingkian si nuaeng on, nunga toropan jolma na disonggopi sahit ‘na maol manangihon alai sai naeng tangihononhon’. Nang pe nian tinggil sipareonna, alai nengel do anggo panghilalanna. Godang gejolak sosial dohot sahit sosial na masa nuaeng on holan ala bangkol jolma manangihon hasintongan, sai holan na di rohana na ingkon pasautonna. Alai marhite turpuk on, manungguli roha, pingkiran, nang haporseaonta, asa naeng ma tinggil hita manangihon panjouon ni Debata, jala ndang tagamon biar roha nang dirinta mangulahon panuruonNa. Songon panghirimonta di hasonangan ngolu pardagingonta, asa naeng ma tongtong taeahi hasonangan ni ngolu partondionta, asa dapot hita tumpal hangoluan i. Amen.


SERMON EVANGELIUM TU MINGGU V. SET. EPHIPANIAS 
 (09 Februari 2014)

======================================================
Nas:   MATEUS  5: 13-20

I.     Patujolo 
   Somal do Jesus di angka pangajarionNa mambahen tudosan marhite sian angka na masa ditongatonga ni ngolu, asa gabe mura diantusi angka na umbege. Turpuk on (Mat. 5: 13-20) ima sada sian angka hinagodang ni tudosan na binahen ni Jesus di pangajarionNa. Ndang apala masalah teologis-dogmatis na gabe ondolan ni turpuk on, alai Refleksi (hahonaan) ni ngolu ni halak na porsea do na gabe ondolan ni turpuk on. Boi do torop halak na mandok dirina parholong, siihuthon Kristus, parugamo, umboto patik dohot Hata ni Debata, alai ndang sahat jala ndang dipataridahon pengakuan i di parulaon si ganup ari, gabe holan di hata do haporseaon i songon halinu naso marnosan (pat. Mat. 7: 21). Alai songon dia do tama ni halak Kristen (angka na porsea) marpangalaho di ngolu ni jolma di portibi on, ido na gabe rimpunan ni turpuk jamita on.   
II.  Hatorangan ni Turpuk 
    Adong dua pangalaho di turpuk on na ingkon sipatuduhonon ni halak Kristen (angka na porsea) di ngoluna, songon hataridaan ni haporseaon, ima gabe sira dohot panondang (mempengaruhi dan menerangi).
Ay. 13-16

Hata manang pandohan “Hamu do dibagasan turpuk on laho mangondolhon manang mempertegas status fungsi (eksistensi) ni halak na porsea naung manjalo hatuaon asa pabotohon tu humaliangna. Tuhan Jesus sandiri do na manghatahon manang pabotohon i, ndada ala adong kesepakatan manang ala hasil kompromi. Didok Tuhan Jesus: “Hamu do sira ni tano on!” (hata Gorik: heles tes ges). Sira, ima hal na arga situtu do di parngoluan. Marhagunaan do sira laho paishon, mengawetkan, dohot mengasinkan. Digoari Jesus tu angka na porsea gabe sira ni tano, ndada na laho mandok asa gabe sira nasida, alai songon sira na marhagunaan di parngoluan, songon ima nang jolma na porsea asa tongtong patuduhon dirina laho paishon portibi sian angka rumang ni hajahaton. Unang ma nian gabe sira na hambar, alai ingkon do gabe sira na ansim, ala haansimon ido kualitas ni sira. Didok Tuhan Jesus: “Hamu do panondang ni portibi on” (hata Gorik: phos tou kosmon). Ndang pola maol hita antusi songon dia do panondang na manondangi portibi on, ai nunga parjolo Jesus patupahon i, ala Ibana do panondang ni portibi on (pat. Joh. 8: 12). Parsuruon asa gabe panondang, sada tindak lanjut (follow up) ni ulaon ni Tuhan Jesus do on tu ganup jolma na porsea asa diulahon di bagasan parngoluan. Ganup halak naung manjalo sondang ni Kristus, ingkon do manondanghon bias ni sondang i tu humaliangna, jala ingkon boi hadirionna pasisihon na holom (ulaon hajahaton) asa gabe patar tarida hatiuronna di ngolu siganup ari na gabe panutan tu humaliang marhite hata, pambahenan nang parange na denggan.
     Ay. 17-20 
Hataridaan ni jolma na porsea na gabe sira ni tano dohot panondang ni portibi, ima marhite  na mangulahon patik ni Debata na patuduhon holong ni roha maradophon Debata nang dongan jolma. Didok Tuhan Jesus: “Asa manang ise na mangarumpakkon sada sian angka patik na ummetmet i jala dipodahon i tu jolma, i ma goaron na ummetmet di harajaon banua ginjang i; alai na mangulahon jala mangajarhonsa, i do goaron na balga di harajaon banua ginjang i. Ai hudok ma tu hamu: Molo so andul dumenggan hatigoranmuna sian hatigoran ni angka sibotosurat dohot Parise, ndang habongotan hamu harajaon banua ginjang i” (ay. 19-20). Hata manang pandohan on, naeng manosoi roha ni angka na porsea taringot tu na mangulahon patik ni Debata. Tarbagi dua rongkom ni Patik ni Debata, ima: manghaholongi Debata (patik I-IV) dohot manghaholongi dongan jolma (patik V-X). Nang pe tarbagi dua, alai molo pangulahonon ingkon saurdot do tarida di parngoluan siganup ari. Didok hata ni Tuhanta do di 1 Johanes 4: 20-21: “Pargabus do halak na mandok: Holong rohana di Debata; hape dihosomi do donganna. Ai na so mangkaholongi donganna na niidana, tung songon dia ma haholonganna Debata na so niidana? On do patik na tajalo sian Ibana: Na mangkaholongi Debata, i ma na mangkaholongi nang donganna.”      

III.   Sipahusorhusoron
Gabe sira ni tano dohot panondang ni portibi, jala na tongtong mangolu mangaradoti patik ni Debata,  ido na pinangido ni Tuhan Jesus asa girgir diulahon ganup hita jolma na porsea di bagasan ngolu di portibi on. Gabe sira ni tano, panondang ni portibi, jala patuduhon holong ni roha, ido hasurungan ni hita halak Kristen sian angka jolma na so mananda Kristus. Asa sintong hita gabe sira dohot panondang, ingkon jumolo do i tapatuduhon sian dirinta marhite na paiashon diri sian ulaon hagiot ni pardagingon (hajahaton) jala na girgir mangolu dibagasan hatiuron nang holong ni roha. Amen.

Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th