Jumat, 18 April 2014

20 April 2014



PASKAH I
Nats    : Kisah Para Rasul 10: 34 – 43
Thema : Kebangkitan Kristus Mempersatukan Perbedaan
                                                   
Pendahuluan.
Petrus adalah seorang Yahudi  dan berprofesi sebagai Rohaniawan sedangkan Kornelius adalah seorang Romawi sekaligus bekerja sebagai tentara. Secara politik ke dua orang ini berseberangan bahkan bermusuhan yang satu lemah dan yang satu kuat karena bersenjata. Namun, ada satu hal yang menyatukan mereka; keduanya mendapat pengilhaman dari Roh Kudus. Petrus mendapat penglihatan aneh untuk ukuran ke- Yahudiannya. Sementara Kornelius mendapat pesan untuk mengundang Petrus ke rumahnya (ay. 9). Mereka sangat berbeda, tetapi ada sesuatu yang lebih besar dari mereka yang mempertemukan keduanya untuk saling meneguhkan. Kisah Kornelius membuat Petrus mengerti maksud dan Visi yang ia lihat.

Penjelasan Nats.
I.    Allah tidak Membedakan Orang (ay. 34 – 38)
Secara  bentuk/wujud, memang manusia tidak ada yang sama persis. Namun secara esensial, manusia adalah sama-samamahkota ciptaan Tuhan. Meskipun dalam kitab dikatakan orang Israel mempunyai kekhususan di hadapan Allah sebagaimana yang telah dijanjikan sejak jaman Abraham. Namun untuk urusan berita keselamatan, ditujukan tidak hanya kepada Israel namun untuk semua bangsa yang berkenan kepadaNya (bnd. Yoh 3: 16). Pengalaman hidup Petrus, pada awalnya sangat kokoh menganut prinsip Yahudi, yaitu hanya mau melayani kepada kelompok Yahudi saja. Menurut pandangan Petrus adalah najis, jika bergaul dengan orang yang bukan Yahudi. Namun Tuhan memberi penglihatan kepadanya; penglihatan itu telah membawa perubahan total pada diri Petrus.
I.1. Tampak baginya sebuah benda berbentuk kain lebar yang isinya terdiri dari berbagai jenis binatang. Petrus menolak untuk menyembelihnya. Namun suara yang mengatakan “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram."
(KPR 10: 15b). Hal itu telah membuka mata hati Imannya. Dalam penampakan itu Tuhan bukan hanya menerangkan bahwa makanan apapun pada hakikatnya tidak ada lagi yang haram, namun jauh dari itu Tuhan hendak mengatakan bahwa tidak ada manusia yang najis dan yang haram di dunia ini. Semuanya berhak menerima keselamatan tanpa dibatasi suku maupun bangsa.
I.2. Kornelius menerima berita keselamatan. Tidak dijelaskan kapan pertama sekali Kornelius tertarik untuk mengikut Kristus. Namun sebelum Kornelius tertarik untuk mengikut Yesus. Namun sebelum Kornelius mengundang Petrus ke rumahnya, Kornelius telah tertarik akan ajaran Yesus. Sebelum Petrus mewartakan kabar Keselamatan Kornelius sendiri telah memiliki perilaki hidup saleh (ay. 2 – 6).  Roh Kudus bekerja melalui perbedaan untuk memperkaya wawasan rohani anak-anak Tuhan. Itu sebabnya Petrus berkata,”Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya” (ay. 34-35).

Penglihatan itu telah memberikan pencerahan bagi Petrus untuk menghayati, bahwa keselamatan bukan hanya milik orang Yahudi. Sesudah Yesus Kristus mati di Kayu Salib dan bangkit pada hari yang ketiga, Yesus Kristus telah menuntaskan karya keselamatan bagi semua orang, semua bangsa. Kebangkitan Yesus menjadikan semua orang yang telah ditebusnya, yang beriman kepadaNya dan hidup dalam takut akan Tuhan serta berkenan kepadaNya. Kebangkitan Yesus Kristus menjadikan kita bersaudara, membawa kita harus menunjukkan pola hidup persekutuan yang tidak lagi mementingkan diri sendiri, namun sebaliknya membangun pola hidup yang baru yang dilandaskan pada semangat persaudaraan yang terjalin dalam kasih Yesus Kristus.

II.        Diutus Menjadi Saksi (ay. 39 – 43).
Dalam penjelasan Petrus kepada Kornelius ia mengatakan bahwa para rasul adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat Yesus di tanah Yudea maupun di Yerusalem; Ia telah dibunuh di Kayu salib. Namun Yesus itu telah bangkit pada hari yang ketiga. Bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa tetapi kepada saksi-saksi. Justru saksi-saksi inilah diutus memberitakan perbuatan Yesus bagi dunia ini (bnd Mat 28). Tentang Dialah murid-murid Yesus bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya ia akan mendapat pengampunan dosa. Itulah sebabnya Roh Kudus dicurahkan kepada rasul agar mereka memperoleh kuasa untuk menjadi saksi. “..Kamu akan menerima Kuasa kalau Roh Kudus turun atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi (KPR 1: 8).
Kita juga diutus untuk memberitakan keselamatan yang telah kita terima. Tuhan menghendaki agar setiap orang Kristen berperan menjadi saksi di tengah dunia. Alkitab menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah garam dan terang dunia (bnd. Mat. 5: 13 -14). Dengan demikian kita harus memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. Amin.

Kamis, 13 Maret 2014

GOLONGAN YAHUDI


KAUM IMAM
Imam adalah merupakan suatu golongan profesional (Mrk.11:18;14:10) bagi orang Yahudi. Imam mengerjakan berbagai kewajiban yang resmi di Bait Suci. Imam besar juga menjadi kepala Sanhedrin di Yerusalem. Ada sepuluh Sanhedrin lain di tempat-tempat yang berbeda. Di bawah pemerintahan Romawi; imam besar diangkat oleh gubernur Romawi.
Farisi (yang berarti: tersendiri, terpisah) adalah sekelompok orang yang menjadi pemimpin agama Yahudi yang sangat disegani oleh rakyat dan dianggap sebagai utusan Allah, sebagai ‘orang-orang alim’. Golongan Farisi adalah merupakan ahli Taurat (orang-orang yang mempelajari Taurat/Torah Musa dari hari ke hari, serta mengajarkannya kepada rakyat umum). Di antara orang Farisi terdapat orang-orang yang sangat memusuhi Yesus. Mereka tidak hanya mengerti tuntutan-tuntutan Yesus, tetapi juga dapat mengenali ancaman tuntutan-tuntutan tersebut terhadap status quo. Rasul Paulus adalah seorang Farisi yang dengan keras menganiaya orang Kristen, tetapi yang kemudian hari menjadi Salah seorang yang paling efektif membela iman Kristen. Tradisi-tradisi orang Farisi tetap bertahan setelah pembinasaan bait suci dan kekalahan yang menghancurkan pemberontakan Bar Kochba. Tradisi-tradisi orang Farisi adalah sumber dari apa yang dikenal sebagai Yudaisme para rabi. Sejauh yang dapat diketahui dari Misynah (kumpulan tradisi-tradisi orang Farisi), ajaran orang Farisi tidak sepenuhnya menentang ajaran Yesus. Hal ini tidak mengherankan, karena tugas pokok orang Farisi adalah menerapkan Alkitab Ibrani, terutama kelima kitab Musa, dalam mengamalkan kehidupan sehari-hari. Minat mereka terhadap pokok-pokok tertentu dalam agama, seperti berpuasa dan kesucian ritual adalah sejalan dengan minat mereka terhadap kesalehan. Dengan berbagai macam jalan, golongan ini selalu berusaha untuk mencari pujian dari orang banyak, serta hanya mau dianggap baik dan saleh.
Orang Saduki adalah orang-orang Yahudi bangsawan yang tidak bersimpati kepada ajaran-ajaran orang Farisi. Ajaran orang Saduki jauh berbeda daripada ajaran Farisi. Orang Saduki menyatakan bahwa hanya kelima kitab Musa yang berkuasa. Orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati dan tidak percaya adanya malaikat. Dalam kehidupan keseharian, golongan ini merupakan kaum bangsawan yang tidak suka bergaul dengan orang banyak, tidak suka mempedulikan masalah-masalah ahli Taurat, menganggap diri lebih tinggi, lebih pandai daripada orang banyak.  Sebagai suatu golongan dalam agama Yahudi, orang Saduki tidak berkembang setelah penghancuran bait suci, yang menjadi fokus kekuasaan mereka.
Kelompok sicarii atau "pembunuh-pembunuh" (Kis. 21:38) melakukan semacam perlawanan bersenjata yang khusus. Dengan menggunakan belati (bah. Latin, sicarii) yang disembunyikan dalam pakaian mereka, kaum Sicarii ini membunuh musuh-musuh mereka di tempat-tempat yang ramai, lalu melarikan diri sebelum mereka dapat ditangkap.
Orang Herodian adalah orang-orang Yahudi yang merupakan simpatisan para penguasa dari keluarga Herodes (lihat Mat. 22:16; Mrk. 3:6; 12:13).
"Orang yang takut akan Allah" adalah terjemahan yang lazim dari istilah ini yang beberapa kali terdapat di Perjanjian Baru (Kis. 10:2, 22; 13:16, 26). "orang-orang yang takut akan Allah" ini adalah orang proselit, atau orang yang bertobat kepada agama Yahudi; akan tetapi, mereka tidak dianggap sepenuhnya sebagai orang Yahudi, mungkin karena mereka tidak bersunat. Orang Yahudi bersedia menerima orang-orang yang beralih ke agama Yahudi, namun sukar untuk mengetahui berapa banyak orang yang seperti itu. Rupanya diragukan bahwa ada suatu gerakan "misionaris" Yahudi yang bertujuan menobatkan orang. Ketika Yesus berkata bahwa orang Farisi "mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk menobatkan satu orang saja," Ia sedang mengacu kepada pengajaran tegas mereka kepada orang-orang di kalangan agama Yahudi, bukan kepada usaha yang kuat untuk menarik orang-orang yang berada di luar agama Yahudi (Mat. 23:15).
Suatu gerakan lain di dalam Yudaisme, yang meliputi komunitas Qumran, terkenal sebagai kaum Eseni. Yosefus menggambarkan kaum Eseni sebagai orang-orang yang dengan ketat menjalankan hari Sabat. Mereka percaya akan keabadian jiwa. Orang Eseni tidak akan menghujat Allah atau makan makanan haram, bahkan ketika diancam siksaan. Beberapa orang Eseni, seperti mereka yang bertempat tinggal di Qumran, menolak untuk menikah. Perjanjian Baru tidak menyebut orang Eseni dengan jelas, tetapi teranglah bahwa banyak gagasan mereka dapat ditemukan di golongan-golongan lain.
Orang Zelot (lihat Luk. 6:15; Kis. 1:13) adalah pembangkang bersenjata yang berjuang melawan pemerintahan asing dan perpajakan yang mereka kenakan. Mereka bukan suatu organisasi tunggal; sebaliknya nama itu dapat mengacu kepada kelompok atau gerombolan apa saja yang menentang kekuasaan asing. Program merekalah yang dirayakan dalam kitab-kitab Makabe, dan perjuangan merekalah yang berakhir dengan pemberontakan Bar Kochba. Lawan-lawan orang Zelot hanya menyebut mereka "penggarong." Menurut Yosefus, orang Zelotlah yang memimpin pertahanan bait suci di Yerusalem dan dikalahkan pada tahun 70 M.
KAUM RAKYAT

Keberadaan rakyat di dalam kehidupan orang Yahudi adalah dianggap rendah oleh para ahli Taurat dan imam. Dengan cara menghina, para ahli Taurat berkata: “orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka” (Yoh. 7: 49).  Walaupun rakyat bukan suatu kelompok yang terpadu, sungguh menyesatkan bila hanya mendaftarkan kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan yang lebih mudah dikenali di kalangan agama Yahudi serta mengabaikan orang Yahudi pada umumnya. Keikutsertaan rakyat jelata dalam ibadat kepada Allah dan hal mendengarkan Firman Allah dijamin oleh jumlah sinagoge yang didirikan di semua daerah yang didiami oleh rakyat jelata.


Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th
Sumber Bacaan:  
- - Prof. Dr. J.H. Bavinck, “SEJARAH KERAJAAN ALLAH II”, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2007

Selasa, 11 Maret 2014

EKSISTENSI PENATUA

PENATUA SEBAGAI GEMBALA DI DALAM TUGAS PELAYANAN GEREJAWI
Apabila warga jemaat ditanya: apakah tugas seorang Penatua? Pada umumnya warga jemaat akan memberi jawaban dari segi seremonial atau ritual peribadahan bahwa tugas seorang Penatua adalah: berkhotbah, memimpin kebaktian-kebaktian yang dilaksanakan jemaat di gereja dan di kebaktian sektor, atau tugas lain yang berkaitan dengan ibadah (memimpin nyanyian, mengumpulkan persembahan, membacakan warta jemaat, pendoa syafaat). Menerima jawaban itu, maka seringkali motivasi jemaat untuk mengangkat Penatua didorong oleh tujuan untuk mencukupi kebutuhan tenaga dalam melayani peribadahan. Tidak jauh berbeda dengan jawaban dari warga jemaat, para pelayan jemaat pun banyak beranggapan bahwa tugas panggilannya yang utama adalah pelayanan yang berkaitan dengan peribadahan, sehingga tidak sedikit pelayan jemaat yang merasa bahwa dirinya sudah memenuhi tugas panggilannya sebagai pelayan jikalau sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan jadwal petugas (roster) yang telah ada. Dalam Agenda GKPI pada bagian penahbisan pelayan jemaat, tidak ada satupun dari beberapa penjabaran tugas yang membicarakan pelayanan dalam acara kebaktian atau peribadahan, walaupun hal tersebut termasuk tugas pelayan jemaat. Menurut penulis, hal tersebut adalah hendak menyampaikan bahwa dari keseluruhan uraian tugas pelayan tahbisan ada makna yang terkandung di dalamnya yang menjadi tugas utama dari seorang pelayan, yaitu: penggembalaan.
Tugas penggembalaan (menggembalakan) yang dilaksanakan oleh para pelayan jemaat adalah merupakan Amanat dari Tuhan Yesus (sang kepala gereja) kepada para hambaNya dengan mengatakan: “Gembalakanlah Domba-Dombaku” (Yoh. 21: 15-19). Dalam Kisah Para Rasul 20: 28, Rasul Paulus menasehatkan para Penatua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri”. Melalui ayat itu, maka dapat diketahui dan dipahami bahwa betapa sangat berharganya seluruh warga jemaat bagi Tuhan, yang telah ditebus dengan darahNya sendiri.
Cakupan Tugas Penggembalaan
Pelayan Jemaat sebagai gembala adalah penggembala bagi kawanan domba yang telah diberikan oleh Tuhan. Pelayan Jemaat sebagai gembala, dalam pelaksanaan penggembalaan, ada beberapa cakupan tugas penggembalaan yang harus diperhatikan dan dipahami, sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab, yaitu:
a. “Aku mengenal domba-dombaKu” (Yoh. 10: 14)
Gembala harus mengenal kawanan domba yang digembalakan. Dalam hal itu, maka seorang pelayan harus mengenal warga jemaat yang dilayani. Pengenalan terhadap warga jemaat meliputi: latar belakang hidupnya, pribadinya, keluarganya, keadaan sosial ekonominya, pergumulannya, harapan dan cita-citanya, hingga keadaan hidup rohaninya.
b. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang” (Mzm. 23: 2)
Tugas penggembalaan adalah menyediakan makanan rohani bagi warga jemaat. Oleh karena itu, pelayan jemaat harus dapat menyediakan dan membagikan (mengajarkan atau memberitakan) Firman Tuhan di wilayah pelayanan masing-masing, seumpama murid-murid Tuhan Yesus yang membagi roti dan ikan sehingga semua orang banyak dikenyangkan. 
c. “Ia menyegarkan jiwaku” (Mzm. 23: 3)
Gembala adalah penyegar bagi kawanan domba. Oleh karena itu, seorang pelayan jemaat harus menghibur atau memberikan penghiburan kepada warga jemaat yang kehilangan semangat, putus asa, yang tertekan, yang lesu, dan yang berduka. 
d. “Ia menuntun aku di jalan yang benar” (Mzm. 23: 3)
Gembala adalah pemimpin, pembimbing, dan penuntun kawanan domba yang digembalakan. Oleh karena itu, seorang pelayan jemaat bertugas memimpin, membimbing, menuntun atau mengarahkan warga jemaat agar senantiasa hidup dan berjalan di jalan yang benar, jalan menuju keselamatan hidup yang kekal, yaitu Yesus, Anak Allah yang tunggal (Band. Yoh. 14: 6).   
e. “Aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku” (Mzm. 23: 4)
Tugas penggembalaan adalah memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kawanan domba yang digembalakan. Seorang gembala yang baik adalah selalu melindungi domba-dombanya dari serangan binatang buas dan dari bahaya-bahaya lainnya, misalnya: ajaran yang menyesatkan dan ajaran agama dan kepercayaan yang lain, yang dapat membahayakan hidup rohani.     
f. “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang” (Yeh. 34: 16)
Tugas penggembalaan adalah mencari yang hilang atau tersesat dan membawa kembali pulang. Seorang gembala yang bertanggungjawab tidak akan membiarkan dombanya tersesat atau bahkan hilang. Gembala yang baik adalah gembala yang senantiasa memperhatikan kawanan dombanya. Oleh karena itu, setiap pelayan harus senantiasa memperhatikan warga jemaat yang dilayani. 
g. “Yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan” (Yeh. 34: 16)
Tugas daripada pelayan jemaat sebagai gembala adalah termasuk juga merawat domba-domba yang sakit dan terluka. Dalam Yakobus 5: 14 diberitakan: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.” Oleh karena itu, setiap pelayan jemaat harus tanggap terhadap situasi warga jemaat yang dilayani dan senantiasa siap sedia memberikan pelayanan, termasuk mendoakannya.
Sikap yang diperlukan Seorang Gembala
a. Mengasihi Tuhan Yesus dan domba-dombaNya
Kasih adalah motivasi utama dalam pelayanan sebagai hamba Tuhan, termasuk dalam penggembalaan, yang menjadikan para pelayan tahan uji dan setia di dalam pelayanan untuk melayani. Yesus pernah bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh. 21: 15-19). Pertanyaan itu diulang oleh Yesus sampai tiga adalah untuk mengetahui apakah Simon Petrus benar-benar mengasihi Yesus. Maka setelah Simon Petrus menjawab bahwa dia mengasihi Yesus, lalu Yesus memberikan amanat kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan menuruti perintahNya (band. Yoh. 14: 15). Allah senantiasa mengasihi umatNya, Yesus senantiasa mengasihi kawanan dombaNya, maka setiap pelayan harus senantiasa mengasihi seluruh warga jemaat.       
b. Memiliki kelemahlembutan
Kelemahlembutan adalah sikap yang berlawanan dengan kekasaran, perselisihan, dan sifat tergesa-gesa. Kelemahlembutan terungkap dalam kerendahan hati, kesabaran, dan kasih sayang kepada semua orang. Salah satu sifat Allah adalah panjang sabar, tidak memaksa dan tidak langsung menghukum. Dalam Roma 2: 4 tertulis: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Hal ini hendak menyampaikan bahwa seorang pelayan jemaat haruslah senantiasa sabar dan dengan kelemahlembutan dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka mengenal kebenaran (band. 2 Tim. 2: 24-25). Setiap warga jemaat memiliki kharakter pribadi yang unik, maka metode pendekatan para pelayan juga haruslah unik juga (tidak sama), oleh karena itu kelemahlembutan dan kesabaran sangatlah diperlukan.
c. Bertanggungjawab dan penuh pengabdian
Dalam 1 Petrus 5: 2 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan jemaat) dengan mengatakan: “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Penggembalaan adalah pelayanan yang terberat bagi hamba Tuhan (pelayan jemaat), tidak memberikan keuntungan pribadi, tetapi harus dilaksanakan dengan tulus, sukarela, penuh tanggungjawab dan semangat pengabdian diri. Menjadi pelayan adalah berarti bekerja di dalam pekerjaan Tuhan dan mempertanggungjawabkan pelayanan kepada Tuhan, yang telah memanggil dan memilih para pelayan. Dalam mengemban tugas pelayanan itu, hendaklah setiap pelayan bekerja dengan penuh tanggungjawab dan tidak diperkenankan mencari penghargaan, hormat dan pujian dari orang lain di dalam melayani, karena melayani pekerjaan Tuhan adalah wujud pelayanan dalam Kerajaan Sorgawi, bukan pelayanan dalam kerajaan duniawi.
d. Menjadi teladan bagi kawanan domba (warga jemaat)
Dalam 1 Petrus 5: 3 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan jemaat) dengan mengatakan: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Seorang gembala harus dapat menjadi teladan atau panutan bagi yang digembalakannya dalam segala hal (berbicara, berperilaku, dan bertindak) di dalam kehidupan. Oleh karena itu, setiap pelayan jemaat harus dapat memberikan teladan bagi warga jemaat yang dilayani, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, pekerjaan, bermasyarakat, dan berjemaat. Dalam kaitan dengan berjemaat, para pelayan jemaat harus mampu menjadi teladan dalam mengadakan ibadah di dalam rumah tangga dan memberikan persembahan bulanan. Pelayan sebagai gembala yang juga pemberita firman (pengkhotbah) tidak boleh mengatakan kepada warga jemaat: ”khotbah sayalah kalian dengar, jangan melihat kehidupan saya, kehidupan keluarga saya, karena saya hanya saluran penyampai saja.” Perkataan dan hal seperti itu tidak boleh diungkapkan oleh seorang pelayan, oleh karena khotbah yang disampaikan harus keluar atau bersumber dari hidupnya sendiri. Sama seperti Rasul Paulus menasihatkan Timotius “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim. 4:12). Demikianlah halnya seluruh pelayan jemaat, haruslah senantiasa menjadi teladan bagi seluruh warga jemaat. Bagaimana cara untuk dapat menjadi teladan bagi semua orang adalah senantiasa menjadikan Tuhan Yesus sebagai teladan hidup, meneladani sikap dan perbuatan Yesus (band. Filipi 2: 5 ; 1 Petrus 2: 21), serta meneladani pelayanan Yesus (band. Yohanes 13: 15). Amin.
Jadilah pelayan yang melayani bukan untuk dilayani, jadilah pelayan yang menggembalakan bukan untuk digembalakan ”.


Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th

Kamis, 27 Februari 2014

TUHAN ITU BAIK KEPADA SEMUA ORANG (Mazmur 145: 9a)

"Eme sitamba tua parlinggoman ni siborok, Debata do bona ni tua, horas hita huhut diparorot". Ungkapan tersebut adalah peribahasa Batak yang telah lazim diperdengarkan dan didengar oleh banyak orang di dalam kehidupan yang memiliki makna bahwa Allah adalah Tuhan yang penuh dengan kebaikan, kemurahan hati, serta penuh berkat. Peribahasa itu juga memberi pemahaman dan pengertian bahwa sukacita, keselamatan, dan perlindungan adalah hanya berasal dan bersumber dari Allah. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang hendak diprakarsai dan dilakukan, hendaklah bermuara dan bersumber dari sukacita, keselamatan dan perlindungan Allah. Allah adalah Tuhan yang maha baik, rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan (lih. Yer. 29:11). 
Allah adalah Tuhan yang maha baik. Dia telah menciptakan segala sesuatunya sungguh teramat baik. Kebaikan Allah senantiasa dapat dirasakan oleh setiap umat manusia ketika hidup masih dapat menikmati kehidupan yang dari pada Tuhan Allah. Allah telah menjadikan ciptaanNya sungguh teramat baik sehingga seluruh umat manusia dapat menikmatinya. Kebaikan Allah bukan hanya terlihat dari segala apa yang telah diciptakanNya, namun lebih dari pada itu Allah telah menyatakan kebaikanNya melalui dan di dalam Yesus Kristus, PutraNya yang tunggal, yang telah mengorbankan diriNya hanya untuk mensucikan umat manusia dari belenggu dosa sehingga umat manusia memperoleh keselamatan hidup dan menjadi layak kembali berdiri di hadapan Allah.  
Perenungan:  
"Allah adalah baik kepada umat manusia, sudahkan umat manusia baik kepada Allah?" 
Kebaikan yang telah diberikan oleh Allah di dalam hidup, tidaklah dapat diukur atau dibalas dengan apa yang ada pada diri setiap umat manusia. Hal itu disebabkan oleh karena segala apa yang ada dan diterima oleh umat manusia adalah milik dan kepunyaan Allah. Hidup di dalam pengenalan diri (mengerti serta mengakui kesiapaan diri) dan penuh kerendahan hati, itulah yang Tuhan Allah inginkan dari pribadi setiap umat manusia. Bersinar di dalam kehidupan mewartakan kasih dan kebaikan Allah, itulah yang Dia inginkan untuk dapat dilakukan oleh setiap umat manusia.
Bagaimana cara mewartakannya?  
Pemazmur berkata: Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mazmur 106: 1). Memuji Allah dan berterima kasih di dalam penyembahan dan persembahan, itulah yang harus kita perbuat. Allah juga menginginkan agar hidup dan kehidupan kita senantiasa mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budi, sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (lih. Roma 1-2). 
Maka dengan semuanya itu, hanya oleh karena Kasih Karunia Allah, maka hidup dan kehidupan kita akan semakin diberkati dan terberkati. Amin.

  Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th

Rabu, 26 Februari 2014

MENJADI BEJANA YANG SELALU SIAP UNTUK DIBENTUK

Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana. Sambil berjalan sang Tuan melihat dan menilai bejana-bejana tersebut. Bejana Emas berkata: "Pilihlah aku," teriak bejana emas,"Aku mengkilap dan bercahaya. Aku sangat berharga dan aku melakukan segala sesuatu dengan benar. Keindahanku akan mengalahkan yang lain. Dan untuk orang seperti Tuanku, emas adalah yang terbaik!" Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping dan tinggi. Bejana Perak, Ramping dan Tinggi berkata: "Aku akan melayani engkau Tuanku, aku akan menuangkan anggurmu dan aku akan berada di mejamu di setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan perakku akan selalu memujimu." Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan sebuah bejana kaca.’ Bejana ini lebar mulutnya dan dipoles seperti kaca. "Bejana Kaca berkata; "Sini! Sini!" teriak bejana itu, "aku tahu aku akan terpilih. Taruhlah aku dimejamu, maka semua orang akan memandangku." Namun tuan itu hanya melewatinya dan melihat bejana kristal. Bejana Kristal berkata: "Lihatlah aku!", panggil bejana kristal yang sangat jernih. Aku sangat transparan, menunjukkan betapa baiknya aku. Meskipun aku mudah pecah, aku akan melayani engkau dengan kebanggaanku. Dan aku yakin, aku akan bahagia dan senang tinggal dalam rumahmu." Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan terukir indah, berdiri dengan teguh. Bejana Kayu berkata: "Engkau dapat memakai aku, tuanku, kata bejana kayu. Tapi aku lebih senang bila engkau memakaiku untuk buah-buahan, bukan untuk roti." Kemudian tuan itu melihat ke bawah dan melihat bejana tanah liat. Kosong dan hancur, terbaring begitu saja. Tidak ada harapan untuk terpilih sebagai bejana tuan itu. Bejana Tanah Liat hanya diam. Tuan berkata: Ah! Inilah bejana yang aku cari-cari. Aku akan perbaiki dan kupakai, dan akan aku buat sebagai milikku seutuhnya. Aku tidak membutuhkan bejana yang mempunyai kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di rak. Tidak juga yang mempunyai mulut lebar dan dalam. Tidak juga yang memamerkan isinya dengan sombong.Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar.Tetapi yang kucari adalah bejana yang sederhana yang akan kupenuhi dengan kuasa dan kehendakku. Kemudian ia mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki dan membersihkannya dan memenuhinya, ia berbicara dengan lembut kepadanya, "Ada tugas yang perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain, seperti apa yang telah kuperbuat bagimu." 
Demikianlah hidup dan kehidupan dari setiap pribadi, Tuhan berkenan kepada pribadi yang mau dibentuk seturut kehendakNya. Tuhan senantiasa mencari orang-orang yang rendah hati dan mau berjalan menurut kehendakNya, sekalipun harus melalui hal-hal menyakitkan.  
"No body perfect in the life, but every body must to be perfect". Tak ada seorang pun yang sempurna di dalam hidup, seorang pun tidak. Ketidaksempurnaan, bukanlah menjadi penghalang di hadapan Tuhan untuk menjadi "bejana-bejana" Nya. Kerendahan diri dengan penuh rendah hati, itulah yang Tuhan kehendaki dari kita setiap pribadi. Ketika kita bersedia untuk dibentuk serta dipimpin oleh Tuhan melalui RohNya yang Kudus, maka ketidaksempurnaan kita oleh karena kasihNya akan disempurnakan. 
Selamat menjalani kehidupan sebagai pribadi 'bejana' yang mau dibentuk, maka oleh kasih dan kemurahan hati Tuhan, hidup serta kehidupan kita akan semakin diberkati dan terberkati. Salam.
disadur dari "Ilustrasi Khotbah dan Kesaksian Hidup Berkemenangan"
edited by: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th

Selasa, 25 Februari 2014

MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH



MAKNA WARNA DALAM LITURGI IBADAH
Warna-warna gerejawi telah lama digunakan dalam ruang ibadah, terutama untuk taplak meja altar, kain di mimbar (antependium), kain panjang di kayu salib (stolla besar) dan stolla yang dikenakan Pelayanan Gerejawi. Gereja memakai kain dalam warna-warna yang bergantian sesuai dengan mengikuti kalender gerejawi. Tetapi, apakah makna dari setiap warna yang dipergunakan dalam setiap ibadah Minggu dan Perayaan Besar lainnya?

Putih

Adalah lambang dari warna terang, cahaya lilin, warna bagi peran malaikat Allah, para kudus dan warna bagi Kristus yang dimuliakan. Warna yang melambangkan kekudusan dan kebersihan. Oleh sebab itu warna ini digunakan dalam masa raya yang berkenaan dengan Kristus, misalnya Natal, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus, dan masa raya kesukaan misalnya dalam pelayanan Baptisan dan Perjamuan Kudus. Digunakan juga dari masa Natal sampai Minggu sebelum Epifania (6 Januari) dan hari raya Paskah hingga sebelum minggu Pentakosta.

Ungu

Adalah warna tergelap dalam warna gerejawi yang menunjukan penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Digunakan pada masa 40 hari sebelum Paskah (Minggu sengsara) dan masa-masa menjelang Natal (Minggu Adventus).

Merah

Adalah warna api. Lambang Roh Kudus yang penuh kekuatan. Maka digunakan pada Perayaan Pentakosta. Warna merah juga melambangkan warna darah, kesetiaan sampai mati, iman yang berapi-api sehingga digunakan dalam peringatan Reformasi, penahbisan rumah ibadah, sidhi, peneguhan Pendeta, Diaken dan Penatua. Juga pada peringatan hari Pekabaran Injil, pengutusan penginjil dan hari-hari raya oikumenis.

Hijau

Adalah warna komplemen dari merah. Melambangkan penyembuhan, ketenangan dan pertumbuhan iman. Merupakan warna pengharapan. Hijau memberitakan kemurahan hati, keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan memperbaharui. Digunakan pada hari Minggu Trinitas (Minggu pertama sesudah Pentakosta, kecuali masa sengsara, adventus, dan hari raya Kristen lainnya.

Hitam

Adalah warna liturgis yang paling kuno. Lambang keputusasaan. Warna ini sudah tidak dipakai lagi. Perlu juga dipertanyakan tentang warna liturgis yang dikenakan Pendeta yaitu Toga hitam. Pemberitaan firman adalah pemberitaan Kristus yang telah menang, sudah selayaknya mereka dibebaskan dari warna kedukaan. Bahkan dalam pelayanan duka (misalnya pelayanan pemakaman jenazah) sekalipun, sebenarnya warna violet lebih baik daripada hitam, karena kita sudah diperbolehkan hidup dalam kemenangan Kristus. 

edited by: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th   from: pargodungan.org

Jumat, 07 Februari 2014

MATERI SERMON EVANGELIUM



SERMON EVANGELIUM TU MINGGU ESTOMIHI
 (02 Maret 2014)

======================================================


Nas:   MATEUS 17: 1-9
I. Patujolo
Mamungka sian barita hatutubu ni Jesus, nunga dipapatar Debata taringot tu hadebataon (sifat keilahian) ni Jesus. Dipardalanan panghobasion (masa pelayanan) ni Jesus uju di portibi on, marragam do dalan dibahen Jesus laho pataridahon huhut papatarhon hadebataonNa tu jolma manisia, ima marhite ragam ni tanda halongangan.  
Marhite turpuk (Mateus 17: 1-9) on, dipataridahon Jesus do hadebataonNa tu angka siseanNa (Petrus, Jakobus, dohot Johanes) marhite peristiwa (kejadian) “na marsangap Jesus di atas ni dolok” asa marhite na masa i lam patar jala lam bagas partinandaan ni angka sisean tu Tuhan Jesus, Debata naung gabe jolma (pat. Joh. 1:1+14).   
        

I    II.   Hatorangan ni Turpuk
Jesus marsangap di atas ni dolok (ay.1-2). Tuhan Jesus, ima Debata na marnida roha nang pingkiran ni ganup jolma. Partinandaan ni angka sisean raphon Jesus, dipingkiri angka sisean i do, na dos do Jesus maradophon angka guru (rabbi) na asing. Alani i ma, asa unang ganggu roha ni angka sisean, jala asa unang sala pamingkirion nasida, ditogihon Jesus ma sisean i nangkok tu atas ni dolok tu na suhi. Ndang pola sude sisean ditogihon Jesus, alai marhite na tolu sisean i, ima na patorangkon tu angka sisean na asing.  
Di atas dolok, muba ma rupa ni Jesus, marsinondang ma bohiNa songon mata ni ari jala mamontar ulosNa songon na tiur. Marnida na masa i, tahutan ma sisean na tolu i, gabe manungkap ala ndang tolapsa nasida marnida hamuliaon ni Debata na songgop tu diri ni Jesus. Diparsaoran nasida raphon Jesus, songon jolma na somal do pardompahan ni Jesus diida nasida. Alai uju di atas ni dolok i, dipapatar Jesus do hadebataonNa tu nasida asa lam mananda nasida, ia Jesus ndada dos tu jolma manisia, alai Debata situtu do Ibana. Andorang so masa na atas dolok i, nunga dihatindangkon si Petrus ia Jesus ndada jolma na somal jala ndada holan rabbi sambing, alai Debata sandiri do Ibana ima marhite pangokuhon nang panghatindanghonon ni si Petrus marhite na mandok:“Kristus (Messias), Raja na pinarbagabaga i do Ho, Anak ni Debata na mangolu!” (Mat. 16:16). Alani i do ingkon pataridahonon ni Jesus hadebataonNa, asa tangkas tarida hasintongan na nidok ni si Petrus i.
Gogo nang huaso hadebataon ni Jesus dipataridahon Ibana do marhite na patuduhon si Musa dohot si Elia (jolma naung mate) na manghatahatai raphon Jesus (ay. 3). Taringot tu aha do nanihatahan ni Jesus raphon si Musa dohot si Elia? Ima taringot tu ujung ni langkani (panghobasion) ni Jesus na ingkon pasidungonNa di Jerusalem (pat. Lukas 9: 31).  Tung so tarbahen jolma do patupahon si songon i asing ni holan Debata, ai Ibana do Tuhan ni angka jolma na mangolu dohot na mate. Guru di Debata do nang angka na mate jala molo lomo rohaNa manjou, tarpatupa Ibana do. Debata haheheon dohot hangoluan, na mangolu do angka na porsea, nang pe naung mate ibana, jala na so tupa mate angka na porsea i salelenglelengna (pat. Joh. 11: 25-26). Boasa si Musa dohot si Elia dipatuduhon Jesus tu angka sisean? Ala si Musa dohot si Elia, ido tokoh na terkenal di halak Jahudi na patuduhon identitas parbangsoon dohot parugamoon ni halak Jahudi. Elia ima panurirang na umbalga panurirangonna sian panurirang na asing, jala marhite si Musa dipasahat Debata patikNa tu bangso Israel. Uju diida si Petrus manghatahatai Jesus raphon si Musa dohot si Elia, disonggopi pingkiran pardagingon ma si Petrus marhite na mandok: “Tuhan, sonang na i di son! Molo na une di roham, hupauli ma di son tolu inganan, sada di Ho, sada di si Musa, sada di si Elia.” (ay. 4).  
Pamangkulingion ni si Petrus tu Jesus, ala manghilala do ibana sian pardagingonna asa adong undungundung nasida. Umbege pandohan ni si Petrus i, ndang pola dialusi Jesus pangidoan i, alai alusna ro ma soara ni Debata marhite ombun na mandok: “On do Anak haholonganKu, lomo do rohangKu mida Ibana, tangihon hamu ma Ibana!”(ay.5). Soara ni Debata i naeng patuduhon jala patubegehon, asa ndang be undungundung na di haringkothon Debata sian ngolu ni jolma na porsea, ndada pingkiran ni jolma (termasuk pangidoan ni si Petrus) na ringkot di Debata, alai pingkiran dohot sangkap ni Debata do na ingkon tangihonon, ulahonon, jala dihangoluhon ganup jolma na porsea. Ido umbahen na didok Debata: “tangihon hamu ma Ibana”, na marlapatan do i, asa ganup jolma na porsea mangaradoti jala mangulahon pangajarion nang pandohan ni Debata marhite naung patandahon diri di bagasan Jesus Kristus.

  
III.    Sipahusorhusoron
 
1.    Patuduhonma hamuliaon ni Debata dibagasan sandok ngolum!
Hapapatar ni Debata di bagasan Tuhan Jesus Kristus, ido barita na umuli na laho baritahonon ni turpuk on tu hita jolma na porsea. Hadebataon ni Jesus ido na ingkon jumolo sihaporseaonta. Tuhan Jesus, ima Anak ni Debata naung gabe jolma. Debata sandiri do naung manghatahon i (pat. Mat. 17:5 ; Mat. 3:17 ; Mark. 1:11 ; Luk. 3:22). Songon Tuhanta Jesus, Anak ni Debata nasasada i, na patuduhon hamuliaon ni Debata tu angka siseanNa nang tu angka sude jolma marhite panghobasionNa, asa naeng ma songon i tongtong ngolu ni hita ganup jolma na porsea naung dipillit gabe anak ni Debata (Joh. 1:12 ; Gal. 3:26 ; ), girgir ma hita patuduhon jala pataridahon hamuliaon ni Debata dibagasan ngolunta, marhite na mangharingkothon jala manghangoluhon ngolu partondion  (pat. Rom. 8: 14).
2.    Tinggil manangihon panjouon ni Debata jala ndang tagamon tahutan mangulahon panuruon ni Debata !
Tuhan Jesus ido Tuhanta na satia mangulahon panuruon ni Debata. Hasatiaon ni Tuhan Jesus tu Debata, tarida do i di ulaon panghobasionNa ima mamaritahon Barita Na Uli asa tung torop jolma na porsea jala dapotan haluaon nang hangoluan. Songon Tuhan Jesus na tongtong satia tu Debata, asa naeng ma songon i ngolu ni hita ganup jolma na porsea, tongtong satia tu Debata. Hataridaan ni hasatiaon tu Debata ima ngolu na tongtong tinggil manangihon panjouon ni Debata jala na so tagamon tahutan laho mangulahonsa. Manangihon panjouon ni Debata, na marlapatan do i mangoloi lomo ni rohaNa ndada mangoloi lomo ni rohanta. Di masa partingkian si nuaeng on, nunga toropan jolma na disonggopi sahit ‘na maol manangihon alai sai naeng tangihononhon’. Nang pe nian tinggil sipareonna, alai nengel do anggo panghilalanna. Godang gejolak sosial dohot sahit sosial na masa nuaeng on holan ala bangkol jolma manangihon hasintongan, sai holan na di rohana na ingkon pasautonna. Alai marhite turpuk on, manungguli roha, pingkiran, nang haporseaonta, asa naeng ma tinggil hita manangihon panjouon ni Debata, jala ndang tagamon biar roha nang dirinta mangulahon panuruonNa. Songon panghirimonta di hasonangan ngolu pardagingonta, asa naeng ma tongtong taeahi hasonangan ni ngolu partondionta, asa dapot hita tumpal hangoluan i. Amen.


SERMON EVANGELIUM TU MINGGU V. SET. EPHIPANIAS 
 (09 Februari 2014)

======================================================
Nas:   MATEUS  5: 13-20

I.     Patujolo 
   Somal do Jesus di angka pangajarionNa mambahen tudosan marhite sian angka na masa ditongatonga ni ngolu, asa gabe mura diantusi angka na umbege. Turpuk on (Mat. 5: 13-20) ima sada sian angka hinagodang ni tudosan na binahen ni Jesus di pangajarionNa. Ndang apala masalah teologis-dogmatis na gabe ondolan ni turpuk on, alai Refleksi (hahonaan) ni ngolu ni halak na porsea do na gabe ondolan ni turpuk on. Boi do torop halak na mandok dirina parholong, siihuthon Kristus, parugamo, umboto patik dohot Hata ni Debata, alai ndang sahat jala ndang dipataridahon pengakuan i di parulaon si ganup ari, gabe holan di hata do haporseaon i songon halinu naso marnosan (pat. Mat. 7: 21). Alai songon dia do tama ni halak Kristen (angka na porsea) marpangalaho di ngolu ni jolma di portibi on, ido na gabe rimpunan ni turpuk jamita on.   
II.  Hatorangan ni Turpuk 
    Adong dua pangalaho di turpuk on na ingkon sipatuduhonon ni halak Kristen (angka na porsea) di ngoluna, songon hataridaan ni haporseaon, ima gabe sira dohot panondang (mempengaruhi dan menerangi).
Ay. 13-16

Hata manang pandohan “Hamu do dibagasan turpuk on laho mangondolhon manang mempertegas status fungsi (eksistensi) ni halak na porsea naung manjalo hatuaon asa pabotohon tu humaliangna. Tuhan Jesus sandiri do na manghatahon manang pabotohon i, ndada ala adong kesepakatan manang ala hasil kompromi. Didok Tuhan Jesus: “Hamu do sira ni tano on!” (hata Gorik: heles tes ges). Sira, ima hal na arga situtu do di parngoluan. Marhagunaan do sira laho paishon, mengawetkan, dohot mengasinkan. Digoari Jesus tu angka na porsea gabe sira ni tano, ndada na laho mandok asa gabe sira nasida, alai songon sira na marhagunaan di parngoluan, songon ima nang jolma na porsea asa tongtong patuduhon dirina laho paishon portibi sian angka rumang ni hajahaton. Unang ma nian gabe sira na hambar, alai ingkon do gabe sira na ansim, ala haansimon ido kualitas ni sira. Didok Tuhan Jesus: “Hamu do panondang ni portibi on” (hata Gorik: phos tou kosmon). Ndang pola maol hita antusi songon dia do panondang na manondangi portibi on, ai nunga parjolo Jesus patupahon i, ala Ibana do panondang ni portibi on (pat. Joh. 8: 12). Parsuruon asa gabe panondang, sada tindak lanjut (follow up) ni ulaon ni Tuhan Jesus do on tu ganup jolma na porsea asa diulahon di bagasan parngoluan. Ganup halak naung manjalo sondang ni Kristus, ingkon do manondanghon bias ni sondang i tu humaliangna, jala ingkon boi hadirionna pasisihon na holom (ulaon hajahaton) asa gabe patar tarida hatiuronna di ngolu siganup ari na gabe panutan tu humaliang marhite hata, pambahenan nang parange na denggan.
     Ay. 17-20 
Hataridaan ni jolma na porsea na gabe sira ni tano dohot panondang ni portibi, ima marhite  na mangulahon patik ni Debata na patuduhon holong ni roha maradophon Debata nang dongan jolma. Didok Tuhan Jesus: “Asa manang ise na mangarumpakkon sada sian angka patik na ummetmet i jala dipodahon i tu jolma, i ma goaron na ummetmet di harajaon banua ginjang i; alai na mangulahon jala mangajarhonsa, i do goaron na balga di harajaon banua ginjang i. Ai hudok ma tu hamu: Molo so andul dumenggan hatigoranmuna sian hatigoran ni angka sibotosurat dohot Parise, ndang habongotan hamu harajaon banua ginjang i” (ay. 19-20). Hata manang pandohan on, naeng manosoi roha ni angka na porsea taringot tu na mangulahon patik ni Debata. Tarbagi dua rongkom ni Patik ni Debata, ima: manghaholongi Debata (patik I-IV) dohot manghaholongi dongan jolma (patik V-X). Nang pe tarbagi dua, alai molo pangulahonon ingkon saurdot do tarida di parngoluan siganup ari. Didok hata ni Tuhanta do di 1 Johanes 4: 20-21: “Pargabus do halak na mandok: Holong rohana di Debata; hape dihosomi do donganna. Ai na so mangkaholongi donganna na niidana, tung songon dia ma haholonganna Debata na so niidana? On do patik na tajalo sian Ibana: Na mangkaholongi Debata, i ma na mangkaholongi nang donganna.”      

III.   Sipahusorhusoron
Gabe sira ni tano dohot panondang ni portibi, jala na tongtong mangolu mangaradoti patik ni Debata,  ido na pinangido ni Tuhan Jesus asa girgir diulahon ganup hita jolma na porsea di bagasan ngolu di portibi on. Gabe sira ni tano, panondang ni portibi, jala patuduhon holong ni roha, ido hasurungan ni hita halak Kristen sian angka jolma na so mananda Kristus. Asa sintong hita gabe sira dohot panondang, ingkon jumolo do i tapatuduhon sian dirinta marhite na paiashon diri sian ulaon hagiot ni pardagingon (hajahaton) jala na girgir mangolu dibagasan hatiuron nang holong ni roha. Amen.

Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th