PENATUA SEBAGAI GEMBALA DI DALAM TUGAS PELAYANAN GEREJAWI
Apabila
warga jemaat ditanya: apakah tugas seorang Penatua? Pada umumnya warga
jemaat akan memberi jawaban dari segi seremonial atau ritual peribadahan
bahwa tugas seorang Penatua adalah: berkhotbah, memimpin
kebaktian-kebaktian yang dilaksanakan jemaat di gereja dan di kebaktian
sektor, atau tugas lain yang berkaitan dengan ibadah (memimpin nyanyian,
mengumpulkan persembahan, membacakan warta jemaat, pendoa syafaat).
Menerima jawaban itu, maka seringkali motivasi jemaat untuk mengangkat
Penatua didorong oleh tujuan untuk mencukupi kebutuhan tenaga dalam
melayani peribadahan. Tidak jauh berbeda dengan jawaban dari warga
jemaat, para pelayan jemaat pun banyak beranggapan bahwa tugas
panggilannya yang utama adalah pelayanan yang berkaitan dengan
peribadahan, sehingga tidak sedikit pelayan jemaat yang merasa bahwa
dirinya sudah memenuhi tugas panggilannya sebagai pelayan jikalau sudah
melaksanakan pelayanan sesuai dengan jadwal petugas (roster) yang telah
ada. Dalam Agenda GKPI pada bagian penahbisan pelayan jemaat, tidak ada
satupun dari beberapa penjabaran tugas yang membicarakan pelayanan dalam
acara kebaktian atau peribadahan, walaupun hal tersebut termasuk tugas
pelayan jemaat. Menurut penulis, hal tersebut adalah hendak menyampaikan bahwa dari keseluruhan
uraian tugas pelayan tahbisan ada makna yang terkandung di dalamnya yang
menjadi tugas utama dari seorang pelayan, yaitu: penggembalaan.
Tugas
penggembalaan (menggembalakan) yang dilaksanakan oleh para pelayan
jemaat adalah merupakan Amanat dari Tuhan Yesus (sang kepala gereja) kepada
para hambaNya dengan mengatakan: “Gembalakanlah Domba-Dombaku” (Yoh. 21: 15-19). Dalam Kisah Para Rasul 20: 28, Rasul Paulus menasehatkan para Penatua di Efesus: “Karena
itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang
ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah
yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri”. Melalui ayat
itu, maka dapat diketahui dan dipahami bahwa betapa sangat berharganya
seluruh warga jemaat bagi Tuhan, yang telah ditebus dengan darahNya
sendiri.
Cakupan Tugas Penggembalaan
Pelayan
Jemaat sebagai gembala adalah penggembala bagi kawanan domba yang telah
diberikan oleh Tuhan. Pelayan Jemaat sebagai gembala, dalam pelaksanaan
penggembalaan, ada beberapa cakupan tugas penggembalaan yang harus
diperhatikan dan dipahami, sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab,
yaitu:
a. “Aku mengenal domba-dombaKu” (Yoh. 10: 14)
Gembala harus mengenal kawanan domba yang digembalakan. Dalam hal itu, maka seorang pelayan harus mengenal warga jemaat
yang dilayani. Pengenalan terhadap warga jemaat meliputi: latar
belakang hidupnya, pribadinya, keluarganya, keadaan sosial ekonominya,
pergumulannya, harapan dan cita-citanya, hingga keadaan hidup rohaninya.
b. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang” (Mzm. 23: 2)
Tugas
penggembalaan adalah menyediakan makanan rohani bagi warga jemaat. Oleh
karena itu, pelayan jemaat harus dapat menyediakan dan membagikan
(mengajarkan atau memberitakan) Firman Tuhan di wilayah pelayanan
masing-masing, seumpama murid-murid Tuhan Yesus yang membagi roti dan
ikan sehingga semua orang banyak dikenyangkan.
c. “Ia menyegarkan jiwaku” (Mzm. 23: 3)
Gembala
adalah penyegar bagi kawanan domba. Oleh karena itu, seorang pelayan
jemaat harus menghibur atau memberikan penghiburan kepada warga jemaat
yang kehilangan semangat, putus asa, yang tertekan, yang lesu, dan yang
berduka.
d. “Ia menuntun aku di jalan yang benar” (Mzm. 23: 3)
Gembala
adalah pemimpin, pembimbing, dan penuntun kawanan domba yang
digembalakan. Oleh karena itu, seorang pelayan jemaat bertugas memimpin,
membimbing, menuntun atau mengarahkan warga jemaat agar senantiasa
hidup dan berjalan di jalan yang benar, jalan menuju keselamatan hidup
yang kekal, yaitu Yesus, Anak Allah yang tunggal (Band. Yoh. 14: 6).
e. “Aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku” (Mzm. 23: 4)
Tugas
penggembalaan adalah memberikan perlindungan dan rasa aman kepada
kawanan domba yang digembalakan. Seorang gembala yang baik adalah selalu
melindungi domba-dombanya dari serangan binatang buas dan dari
bahaya-bahaya lainnya, misalnya: ajaran yang menyesatkan dan ajaran
agama dan kepercayaan yang lain, yang dapat membahayakan hidup rohani.
f. “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang” (Yeh. 34: 16)
Tugas
penggembalaan adalah mencari yang hilang atau tersesat dan membawa
kembali pulang. Seorang gembala yang bertanggungjawab tidak akan
membiarkan dombanya tersesat atau bahkan hilang. Gembala yang baik
adalah gembala yang senantiasa memperhatikan kawanan dombanya. Oleh
karena itu, setiap pelayan harus senantiasa memperhatikan warga jemaat
yang dilayani.
g. “Yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan” (Yeh. 34: 16)
Tugas
daripada pelayan jemaat sebagai gembala adalah termasuk juga merawat
domba-domba yang sakit dan terluka. Dalam Yakobus 5: 14 diberitakan: “Kalau
ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para
penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan
minyak dalam nama Tuhan.” Oleh karena itu, setiap pelayan jemaat
harus tanggap terhadap situasi warga jemaat yang dilayani dan senantiasa
siap sedia memberikan pelayanan, termasuk mendoakannya.
Sikap yang diperlukan Seorang Gembala
a. Mengasihi Tuhan Yesus dan domba-dombaNya
Kasih
adalah motivasi utama dalam pelayanan sebagai hamba Tuhan, termasuk
dalam penggembalaan, yang menjadikan para pelayan tahan uji dan setia di
dalam pelayanan untuk melayani. Yesus pernah bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh.
21: 15-19). Pertanyaan itu diulang oleh Yesus sampai tiga adalah untuk
mengetahui apakah Simon Petrus benar-benar mengasihi Yesus. Maka setelah
Simon Petrus menjawab bahwa dia mengasihi Yesus, lalu Yesus memberikan
amanat kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Jika kita
mengasihi Yesus, maka kita akan menuruti perintahNya (band. Yoh. 14:
15). Allah senantiasa mengasihi umatNya, Yesus senantiasa mengasihi
kawanan dombaNya, maka setiap pelayan harus senantiasa mengasihi seluruh
warga jemaat.
b. Memiliki kelemahlembutan
Kelemahlembutan
adalah sikap yang berlawanan dengan kekasaran, perselisihan, dan sifat
tergesa-gesa. Kelemahlembutan terungkap dalam kerendahan hati,
kesabaran, dan kasih sayang kepada semua orang. Salah satu sifat Allah
adalah panjang sabar, tidak memaksa dan tidak langsung menghukum. Dalam
Roma 2: 4 tertulis: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau
tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada
pertobatan?” Hal ini hendak menyampaikan bahwa seorang pelayan
jemaat haruslah senantiasa sabar dan dengan kelemahlembutan dapat
menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka mengenal
kebenaran (band. 2 Tim. 2: 24-25). Setiap warga jemaat memiliki
kharakter pribadi yang unik, maka metode pendekatan para pelayan juga
haruslah unik juga (tidak sama), oleh karena itu kelemahlembutan dan
kesabaran sangatlah diperlukan.
c. Bertanggungjawab dan penuh pengabdian
Dalam 1 Petrus 5: 2 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan jemaat) dengan mengatakan: “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari
keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Penggembalaan adalah
pelayanan yang terberat bagi hamba Tuhan (pelayan jemaat), tidak
memberikan keuntungan pribadi, tetapi harus dilaksanakan dengan tulus,
sukarela, penuh tanggungjawab dan semangat pengabdian diri. Menjadi
pelayan adalah berarti bekerja di dalam pekerjaan Tuhan dan
mempertanggungjawabkan pelayanan kepada Tuhan, yang telah memanggil dan
memilih para pelayan. Dalam mengemban tugas pelayanan itu, hendaklah
setiap pelayan bekerja dengan penuh tanggungjawab dan tidak
diperkenankan mencari penghargaan, hormat dan pujian dari orang lain di
dalam melayani, karena melayani pekerjaan Tuhan adalah wujud pelayanan
dalam Kerajaan Sorgawi, bukan pelayanan dalam kerajaan duniawi.
d. Menjadi teladan bagi kawanan domba (warga jemaat)
Dalam 1 Petrus 5: 3 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan jemaat) dengan mengatakan: “Janganlah
kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang
dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi
kawanan domba itu.” Seorang gembala harus dapat menjadi teladan
atau panutan bagi yang digembalakannya dalam segala hal (berbicara,
berperilaku, dan bertindak) di dalam kehidupan. Oleh karena itu, setiap
pelayan jemaat harus dapat memberikan teladan bagi warga jemaat yang
dilayani, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, pekerjaan,
bermasyarakat, dan berjemaat. Dalam kaitan dengan berjemaat,
para pelayan jemaat harus mampu menjadi teladan dalam mengadakan ibadah
di dalam rumah tangga dan memberikan persembahan bulanan. Pelayan
sebagai gembala yang juga pemberita firman (pengkhotbah) tidak boleh
mengatakan kepada warga jemaat: ”khotbah sayalah kalian dengar,
jangan melihat kehidupan saya, kehidupan keluarga saya, karena saya
hanya saluran penyampai saja.” Perkataan dan hal seperti itu tidak
boleh diungkapkan oleh seorang pelayan, oleh karena khotbah yang
disampaikan harus keluar atau bersumber dari hidupnya sendiri. Sama
seperti Rasul Paulus menasihatkan Timotius “Jangan seorang pun
menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim. 4:12).
Demikianlah halnya seluruh pelayan jemaat, haruslah senantiasa menjadi
teladan bagi seluruh warga jemaat. Bagaimana cara untuk dapat menjadi
teladan bagi semua orang adalah senantiasa menjadikan Tuhan Yesus
sebagai teladan hidup, meneladani sikap dan perbuatan Yesus (band.
Filipi 2: 5 ; 1 Petrus 2: 21), serta meneladani pelayanan Yesus (band.
Yohanes 13: 15). Amin.
“Jadilah pelayan yang melayani bukan untuk dilayani, jadilah pelayan yang menggembalakan bukan untuk digembalakan ”.
Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th